Senin, 19 Mei 2014

BAB VII tentang Pengembangan Sistem



SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
(PENGEMBANGAN SISTEM)

D
I
S
U
S
U
N

OLEH:

FRENGKY SITOMPUL                       7113142016
JUNIARTI MANALU                          7113142028
MARTINA PURBA                              7113142033
MASTIKA SINAGA                             7113142034
RANIDA SINAGA                                7113142045
                 

 
JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014



KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnyaa sehingga tugas penulisan makalah mini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen  ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
             Penulisan makalah Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen  ini tak lain dan tak bukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah yang bersangkutan, selain untuk mempertegas bahwa di era ini pembelajaran dipusatkan pada mahasiswa (student central learning).
             Ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada pihak-pihak yang memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis sehingga makalah mini ini dapat terselesaikan.
             Penulis menyadari banyak kesalahan yang terjadi disana sini sehingga penulis berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan sarannya untuk perbaikan dimasa-masa yang akan datang.

Medan,     April  2014


Penulis

 



 DAFTAR ISI
                                                                                                                                 Hal
Kata Pengantar...................................................................                      i
Daftar Isi.............................................................................                      ii

BAB I
PENDAHULUAN..............................................................                      1

BAB II
PEMBAHASAN.................................................................                      2
 A. Pendekatan Sistem........................................................                       2
 B. Siklus Hidup Pengembangan Sistem…………………..                        8
 C. SDLC Tradisional…………………….………………..                     8
 D. Prototyping……………………………………………..                    9
                E. Pengembangan Aplikasi Cepat………..………………..                    11
                F. Pengembangan Berfase……………..…………………..                   12
    G. Desain Ulang Proses Bisnis……………………………..                   14
    H. Menempatkan SDLC Tradisional ...................................                    15
                 I. Pemodelan Proses……………………………………...                   16
                 J. Manajemen Proyek……………………………..                              17
                 K.Mengestimasi Biaya Proyek ..........................................                    20 

  BAB III
              KESIMPULAN ....................................................................                22

DAFTAR PUSTAKA........................................................ .                 23





BAB I
PENDAHULUAN

 Pengembangan sistem sangat tinggi biaya dilihat dari sudut uang maupun waktu. Sebagai akibatnya, proses ini  hendaknya dikelola dengan baik. Eksekutif perusahaan akan memberikan tingkat pengawasan yang tinggi, sering kali para eksekutif tersebut ikut berpartisipasi di dalam suatu streering committee SIM yang mengawasi saluran poryek yang sedang berjalan. Masing-masing proyek pada umumnya dikelola oleh seorang pemimpin proyek.
Tujuan utama dari manajemen proyek adalah untuk mengendalikan biaya. Mengestimasikan total biaya dari sudut proyek sebelum pekerjaan dimulai adalah proktik yang umum dilakukan. Praktik ini meminta adanya perencanaan mendalam yang diarahkan  pada penentuan pekerjaan apa yang akan dikerjakan, oleh siapa, dan kapan. Sejumlah tekhnik yang beberapa diantaranya melibatkan komputer dan internet, digunakan dalam pengestimasian biaya-biaya proyek.
Baik manajer maupun para pengembang sistem dapat menerapkan pendekatan saham ketika memecahkan masalah. Pendekatan sistem terdiri atas tiga tahapan kerja, persiapan, defenisi, dan solusi. Di dalam setiap tahapan terdapat urut-urutan langkah. Upaya persiapan terdiri dari atas melihat perusahaan sebagai suatu sistem, mengenal sistem lingkungan, dan mengidentifikasi subsistem-subsistem perusahaan.
Upaya defenisi melanjutkan  diri satu sistem ke tingkat subsistem dan menganalisis bagian-bagian sistem dengan urutan-urutan tertentu. Upaya solusi melibatkan pengidentifikasian solusi-solusi alaternatif, mengevaluasinya, dan memilih solusi yang terbaik. Solusi ini kemudian diimplementasikan, dan ditindaklanjutkan untuk memastikan bahwa masalah telah terpecahkan. Ketika diterapkan pada masalah pengembangan sistem, pendekatan sistem ini disebut siklus hidup pengembangan sistem
 

BAB II
PEMBAHASAN
  1. PENDEKATAN SISTEM
Pencarian asal muasal proses pemecahan masalah secara sistematis mengarah pada Jhon Dewey, seorang profesor ilmu filosofi di Columbia University. Dalam sejarah buku di tahun 1910, Dewey mengidentifikasi tiga rangkaian pertimbangan yang terlibat dalam pecehan sebuah koversi secara memadai.
1.      Mengenali kontroversi.
2.      Mempertimbangkan klaim-klaim alternatif.
3.      Membentuk satu pertimbangan.
Dewey tidak mempergunakan istilah pendekatan sistem, namun ia  menyadari adanya sifat berurutan dari pemecahan masalah mengidentifikasi suatu masalah, mempertimbangkan berbagai cara untuk memecahkannya, dan terakhir memilih solusi yang terlihat paling baik.
Urut-Urutan Langkah
Meskipun banyak uraian mengenai pendekatan sistem mengakui pola dasar yang sama, namun jumlah langkahnya dapat bervariasi, kita menggunakan 10 langkah, yang dikelompokkan menjadi tiga tahapan, antara lain:
1.      Upaya Persiapan
Menyiapkan pemecahan masalah dengan memberikan suatu orientasi sistem.
2.      Upaya defenisi
Terdiri atas pengidentifikasian masalah untuk dipecahkan dan kemudian memahaminya.
3.      Upaya Solusi
Melibatkan pengidentifikasian solusi-solusi alternatif, mengevaluasinya, memilih salah satu solusi yang terlihat paling baik, menerapkan solusi tersebut, dan menindaklanjutinya untuk memastikan bahwa masalah telah terpecahkan.



Upaya Persiapan
Tiga langkah persiapan tidak harus dikerjakan secara berurutan. Selain itu, langkah-langkah ini dapat terjadi selama jangka waktu yang lama dimulai dari sekarang.
Langkah 1 – Melihat perusahaan sebagai suatu sistem
Anda harus dapat memandang perusahaan, anda sebagai suatu sistem. Hal ini dapat terlaksana dengan mempergunakan meodel sistem umum. Anda seharusnya dapat melihat bagaimana perusahaan atau unit organisasi Anda sesuai dengan model.
Langkah 2 – Mengenal sistem lingkungan
Hubungan perusahaan atau organisasi dengan lingkungan juga merupakan suatu hal yang penting. Delapan unsur lingkungan yang telah diperlajari, memberikan suatu cara yang efektif dalam memosisikan perusahaan sebagai suatu sistem dalam lingkungannya.
Langkah 3 – Mengidentifikasi subsistem perusahaan
Subsistem utama perusahaan dapat mengambil beberapa bentuk. Bentuk termudah yang dapat dilihat manajer adalah area-area bisnis. Masing-masing area dapat dianggap sebagai suatu sistem yang terpisah. Manajer juga dapat melihat tingkat-tingkat manajemen sebagai suatu subsistem. Subsistem memiliki hubungan atasan-bawahan dan terhubung oleh arus informasi maupun keputusan. Ketika manajer melihat perusahaan dengan cara seperti ini, arti penting arus informasi menjadi jelas. Tanpa adanya arus ini manajemen di tingkat yang lebih tinggi akan terpisah dari manajemen di tingkat yang lebih rendah.
Manajer juga dapat menggunakan arus sumber daya sebagai dasar untuk membagi perusahaan menjadi subsistem-subsistem.  Keuangan, sumber daya manusia, dan layanan informasi semuanya mencerminkan unit-unit organisasi yang ditujukan  untuk memfasilitasi arus-arus sumber daya tertentu. Manajemen rantai pasokan akan berkepentingan dengan pengolahan arus-arus sumber daya ini.
Ketika manajer dapat melihat perusahaan sebagai suatu sistem dari subsistem-subsistem yang berada di dalam suatu lingkungan, maka suatu orientasi sistem telah tercapai. Manajer telah menyelesaikan upaya persiapan  dan kini siap untuk mempergunakan pendekatan sistem dalam memecahkan masalah.
Upaya Defenisi
Upaya defenisi biasanya diransang oleh suatu pemicu masalah (problem trigger)-suatu sinyal yang menandakan bahwa keadaan berjalah lebih baik atau lebih buruk dari yang telah direncanakan. Sinyal ini dapat berasal dari dalam perusahaan atau lingkungannya, dan akan mengawali suatu proses pemecahan masalah. Pada kebanyakan kasus, pemicunya adalah respons terhadap gejala suatu masalah dan biasanya lebih jelas daripada akar permasalahan itu sendiri.
Gejala (symptom) adalah suatu kondisi yang ditimbulkan oleh masalah dan biasanya lebih jelas dari pada akar masalah tersebut. Sebagai contoh: suatu gejala dapat berupa penjualan yang rendah dan yang tercermin di dalam suatu sistem pelaporan penjualan.  Menemukan akar permasalahan dari penjualan yang rendah dapat mengharuskan dilakukannya penggalian terhadap beberapa lapisan gejala sebelum dapat mengidentifikasikannya sebagai pelatihan tenaga penjualan yang buruk.
Kita mendefenisikan suatu masalah sebagai suatu kondisi atau kejadian yang merugikan atau berpotensi merugikan atau mengungtungkan atau berpotensi menguntungkan bagi perusahaan. Pernyataan ini mengakui bahwa para manajer akan bereaksi atas keadaan yang berjalan yang lebih baik dari yang diharapkan, sam halnya seperit keadaan yang  berjalan lebih buruk yang diharapkan. Dalam hal kinerja yang lebih baik, manajer ingin mengetahui mengapa hal itu terjadi sehingga dapat terus dilanjutkan. Dalam hal kinerja yang lebih buruk, manajer ingin mengembalikan kinerja kembali sesuai dengan harapan.
Langkah 4 - Melanjutkan dari tingkat sistem ke tingkat subsistem
Ketika manajer mencoba untuk memahami masalah, analisis akan memulai pada sistem yang menjadi tanggung jawab manajer tersebut. Sistem ini dapat berupa perusahaan atau salah satu unitnya. Analisis kemudian dilanjutkan menuju ke bawah hierarki sistem, tingkat demi tingkat.
Manajer pertama kali mempelajari posisi sistem sehubungan dengan lingkungannya. Apakah sistem dalam keadaan seimbang dengan lingkungannya? Apakah sumber daya mengalir dengan cara yang diharapkan di anatara sistem dan lingkungannya? Apakah sistem mampu memenuhi tujuannya dalam memberikan produk dan jasa bagi lingkungannya?
Selanjutnya, manajemen menganalisis  sistem dilihat dari subsistem-subsistem-nya. Apakah subsistem telah terintegrasi menjadi satu unit yang berfungsi dengan lancer, yang bekerja ke arah pencapaian tujuan sistem?
Tujuan dari analisis dari atas ke bawah in adalah untuk mengidentifikasi tingkat sistem di mana terdapat penyebab terjadinya masalah.
Langkah 5- Menganalisis bagian-bagian sistem dalam urutan-urutan tertentu
Seiring dengan manajer yang mempelajari masing-masing tingkat sistem, unsur-unsur sistem mencerminkan prioritas dari masing-masing unsure untuk di dalam proses pemecahan masalah, sebagai contoh, satu masalah dalam unsure 4 tidak akan dapat dipecahkan jika terdapat masalah dalam unsur 3.
Unsur 1- Mengevalusi standar. Standar kinerja bagi suatu sistem biasanya dinyatakan dalam bentuk rencana, anggaran dan kuota. Manajemen menentukan standar dan harus memastikan bahwa standar tersebut realistis, dapat dipahami, dapati diukur, dan valid.
Unsur  2- Membandingkan Output Sistem dengan Standar.setelah manajer merasa puas dengan standar-standarnya. Mereka lalu mengevaluasi output sistem dengan membandingkannya pada standar.
Unsur 3- Mengevaluasi manajemen. Diberikan satu penilaian kritis atas manajemen dan struktur organisasi sistem. Apakah terdapat tim manajemen sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang diminta? Apakah terdapat cukup manajer, dan apakah mereka memiliki  keahlian dan kemampuan yang tepat? Dengan alasan yang sama, apakah struktur organisasi membantu atau menghalangi proses pemecahan masalah? Dalam beberapa kasus, mungkin dibutuhkan pembuatan satu unit baru.
Unsur 4- Mengevaluasi Prosesor Informasi. Ada kemungkinan terdapat tim menajemen yang baik, namun tim tersebut tidak mendapatkan informasi yang ia butuhkan. Jika kasusnya  seperti ini, kebutuhan harus diidentifikasi dan sistem informasi yang memadai harus dirancang dan diimplementasikan.

Unsur 5-Mengevaluasi Input dan Sumber Daya Input. Ketika analisis pada sistim di tingkat ini telah tercapai, sistem konseptual tidak lagi menjadi masalah, dan masalah terdapat pada sistem fisik, analisis akan  dilakukan oleh sumber daya fisik di dalam unsure input dari sistem.
Unsur 6- Mengevaluasi Proses transpormasi. Prosedur-prosedur dan praktik-praktik yang tidak efesien dapat menimbulkan kesulitan dalam mengubah input menjadi output. Otomatisasi, robot, desain dan produk yang dibantu oleh komputer, serta produksi yang diintegrasikan oleh komputer adalah dari upaya untuk memecahkan masalah.
Unsur 7- Mengevaluasi Sumber Daya Output. Dalam menganalisis unsure 2. Kita memberikan perhatian pada output yang diproduksi oleh sistem. Di sini kita akan mempertimbangkan sumber daya fisik  dalam unsure outuput suatu sistem. Contoh dari sumber daya sepeti ini adalah gudang barang jadi, personel dan mesin-mesing dok pengiriman, serta armada truk pengirim.
Dengan selesainya upaya defenisi, lokasi masalah jika dilihat dari tingkat dan unsur sistem telah ditentukan, kini masalah akan dapat dipecahkan.
Upaya Solusi
Upaya solusi melibatkan suatu pertimbangan atas alternative-alternatif yang layak, pemilihan alternative terbaik, dan diimplementasikan, jangan lupa menindaklanjuti implementasikan untuk memastikan bahwa solusi tersebut efektif.
Langkah 6 - Mengidentifikasi solusi-solusi alternatif.
Manajer mengidentifikasi cara-cara yang berbeda untuk memecahkan masalah yang sama. Sebagai contoh, asumsikan bahwa masalahnya adalah sebuah komputer yang tidak dapat menangani peningkatan volume aktivitias perusahaan.
Terdapat tiga solusi alternative yang diidentifikasi: 1. Menambahkan lebih banyak alat ke komputer yang sudah ada untuk meningkatkan kapasitas  dan kecepatannya 2. Mengganti komputer yang ada dengan komuter yang lebih besar 3. Mengganti komputer yang ada dengan LAN  komputer-komputer  yang lebih kecil.

Langkah 7 - Mengevaluasi solusi-solusi alternatif.
Semua alternatif harus dievaluasi dengan mengggunakan kriteria evaluasi yang sama, yang mengukur seberapa baik satu alternative akan memecahkan masalah. Evaluasi akan menghasilkan keuntungan dan kerugian dari pengimplementasian masing-masing alternative. Namun ukuran fundamentalnya adalah sampai sejarah mana satu alternative memungkinkan sistem mencapai tujuannya.
Langkah 8 – Memilih solusi yang terbaik.
Setelah mengevaluasi alternative-alternatif, kita harus memilih alternative yang terbaik. Henry Mintzberg, seseorang teoretikus manajemen, mengidentifikasi tiga cara yang dilakukan manajer dalammemilih alternative yang terbaik.
  • Analisis- suatu evaluasi sistematis atas pilihan-pilihan, dengan mempertimbangkan konsekuensinya pada sasaran organisasi, contohnya adalah presentasi yang diberikan oleh tim pengembang kepara streering committee SIM, memberikan keuntungan dan kerugian dari semua pilihan.
  • Pertimbangan,- proses mental dari seorang manajer, sebagai contoh, seorang manajer produksi akan menerapkan pengalaman dan intuisinya dalam mengevaluasi tata ruang sebuah pabrik baru yang diusulkan oleh suatu model matematis
  • Tawar-menawar-negoisasi di anatara beberapa manajer. Satu contoh adalah tawar-menawar yang terjadi di antara para anggota komite aksekutif sehubungan dengan sistem manajemen basis data mana yang akan digunakan.
Langkah 9- Mengimplementasikan solusi.
Masalah tidak akan terpecahkan hanya dengan memilih solusi yang terbaik. Kita perlu mengimplementasikan solusi tersebut. Dalam contoh, perlu dilakukan pemasangan peralatan komputasi yang dibutuhkan.
Langkah 10- Menindaklanjuti  untuk memastikan keefektifan solusi.
Manajer dan para pengembang hendaknya tetap mengawasi  situasi untuk memastikan bahwa solusi yang dipilih  telah mencapai hasil yang direncanakan. Ketika solusi tidak mampu mencapai harapan, kita perlu melaksanakan kembali langkah-langkah pemecahan masalah untuk mengetahui di mana letak kesalahan.
Selajutnya dilakukan uji coba kembali. Proses ini dilakukan berulang-ulang samapai manajer merasa puas dengna pemecahan masalah.
  1. SIKLUS HIDUP PENGEMBANGAN SISTEM
Pendekatan sistem merupakan sebuah metodologi. Metodologi adalah satu cara yang direkomendasikan dalam melakukan sesuatu. Pendekatan sistem adalah metodologi dasar dalam memecahkan segala jenis masalah. Siklus hidup pengembangan sistem (System development life cycle – SDLC) adalah aplikasi dari pendekatan sistem bagi pengembangan suatu sistem informasi.
  1. SDLC TRADISIONAL
Tidak dibutuhkan waktu lama bagi seorang pengembang sistem yang pertama untuk mengetahui bahwa terdapat beberapa tahahan pekerjaan pengembangan yang perlu dilakukan dalam urutan-urutan tertentu jika suatu proyek ingin memiliki kemungkinan berhasil yang paling besar, tahapan-tahapan tersebut adalah:
  • Perencanaan, Analisis, Desain, Implementasi, Penggunaan
Proyek direncanakan dan sumber-sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan kemudian disatukan. Sistem yang ada juga dianalisis untuk memahami maslah dan menentukan prasyaratan fungsional dari sistem yang baru. Sistem baru ini kemudian dirancang dan diimplementasikan. Setelah implementasi, sistem kemudian digunakan idealnya untuk jangka waktu yang lama.
Karena pekerjaan-pekerjaan di atas mengikuti satu pola yang teratur dan dilaksanakan dengan cara dari atas ke bawah. SDLC tradisional sering kali tersebut sebagai pendekatan air terjun (waterfull approach). Aktivitas ini  memiliki aliran satu arah-menuju ke penyelesaian proyek.
Mudah bagi kita untuk melihat bagaimana SDLC tradisional dapat dikatakan sebagai suatu aplikasi dari pendekatan sistem. Masalah akan didefenisikan dalam tahap-tahap perencanaan dan analisis. Solusi-solusi alternative diidentifikasi dan dievaluasi dalam tahap desain. Lalu. Solusi yang terbai diimplementasikan dan digunakan. Selama tahap penggunaan umpan balik dikumpulkan untuk melihat seberapa baik sistem mampu memecahkan masalah yang telah ditentukan.
  1. PROTOTYPING
            Prototype adalah satu versi dari sebuah sistem potensial yang memberikan ide bagi pengembang dan calon pengguna, bagaimana sistem akan berfungsi dalam bentuk yang telah selesai . proses pembuatan prototype ini disebut prototyping. Dasar pemikirannya adalah membuat prototype secepat mungkin , bahkan dalam waktu semalam, lalu memperoleh umpan balik dari pengguna yang akan memungkinkan prototype tersebut diperbaiki kembali dengan sangat cepat.
Jenis-jenis prototype
Terdapat dua jenis prototype  : evolusioner dan persyaratan. Prototype evolusioner (evolutionary prototype) terus-menerus disempurnakan sampai memiliki seluruh fungsionalitas yang dibutuhkan pengguna dari sistem yang baru. Prototype ini kemudian dilanjutkan produksi. Jadi, satu prototype evolusioner akan menjadi sistem actual. Akan tetapi, prototype persyaratan (requirements prototype) dikembangkan sebagai satu cara untuk mendefinisikan persyaratan-persyaratan fungsional dari sistem baru ketika pengguna tidak mampu mengungkapkan dengan jelas apa yang mereka inginkan. Dengan meninjau prototype persyaratan seiring dengan ditambahkannya fitur-fitur , pengguna akan mampu mendefinisikan pemrosesan yang dibutuhkan dari sistem yang baru. Ketika persyaratan ditentukan, prototype persyaratan telah mencapai tujuannya dan proyek lainakan dimulai untuk pengembangan sistem baru. Oleh karena itu, suatu prototype persyaratan tidak selalu menjadi sistem aktual.
Pengembangan prototipe evolusioner
Empat langkah dalam pembuatan suatu prototype  evolusioner adalah :
1.      Mengidentifikasi kebutuhan pengguna. Pengembang mewawancarai pengguna untuk mendapatkan ide mengenai apa yang diminta dari sistem.
2.      Membuat satu prototype. Pengembang mempergunakan satu alat prototyping atau lebih untuk membuat prototype . contoh dari alat-alat prototyping adalah generator aplikasi terintegrasi dan toolkit prototyping. Generator aplikasi terintegrasi adalah sistem peranti lunak siap pakai yang mampu membuat seluruh fitur yang diinginkan dari sistem baru-menu, laporan , tampilan, basis data, dan seterusnya.
3.      Menentukan apakah prototype dapat diterima . pengembang mendemonstrasikan prototype kepada para pengguna untuk mengetahui apakah telah memberikan hasil yang memuaskan.
4.      Menggunkan protoptipe.
Pendekatan ini mungkin untuk dilakukan hanya ketika alat-alat prototyping memungkinkan prototype untuk memiliki seluruh unsur yang penting dari sistem yang baru.
Pengembangan prototipe persyaratan
Langkah-langkah dalam membuat pengembangan prototype persyaratan. Tiga langkah pertama sama dengan langkah yang diambil dalam membuat sebuah prototype evolusioner. Langkah-langkah selanjutnya adalah sebagai berikut :
4.Membuat kode sistem baru. Pengembang menggunakan prototype sebagai dasar untuk pengkodean sistem baru.
5.Menguji sistem baru. Pengembang menguji sistem
6.Menentukan apakah sistem yang baru dapat diterima.
7.Membuat sistem baru menjadi sistem produksi.

Pendekatan ini diikuti ketika prototype ditujukan hanya untuk memliki penampilan dari suatu sistem produksi, namun tidak ketika ia harus memuat seluruh unsur penting.

Daya tarik prototyping.
Pengguna maupun pengembang menyukai prototyping karena alasan-alasan di bawah ini :
·         Membaiknya komunikasi antara pengembang dan pengguna.
·         Pengembang dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam menentukan kebutuhan pengguna.
·         Pengguna memainkan peranan yang lebih aktif dalam pengembangan sistem.
·         Pengembang dan pengguna menghabiskan waktu dan usaha yang lebih sedikit dalam mengembangkan sistem.
·         Implementasi menjadi jauh lebih mudah karena pengguna tahu apa yang diharapkannya.
Keuntungan-keuntungan di atas memungkinkan prototyping memangkas biaya pengembangan dan meningkatkan kepuasan pengguna atas sistem yang diserahkan.
Potensi kesulitan dari prototyping
Kesulitan-kesulitan yang dimiliki prototyping adalah sebagai berikut :
·         Terburu-buru dalam menyerahkan prototype dapat menyebabkan diambilnya jalan pintas dalam definisi masalah, evaluasi alternative, dan dokumentasi . jalan pintas ini akan menciptakan usaha – usaha yang “ cepat dan kotor “.
·         Pengguna dapat terlalu gembira dengan prototype yang diberikan , yang mengarah pada ekspetasi yang tidak realitas sehubungan dengan sistem prduksi nantinya.
·         Prototype evolusioner bias jadi tidak terlalu efisien.
·         Antarmuka komputer – manusia yang diberikan oleh beberapa alat prototyping tertentu kemungkinan tidak mencerminkan teknik-teknik desain yang baik.

  1. PENGEMBANGAN APLIKASI CEPAT
            Rapid Application Development (RAD) atau pengembangan aplikasi cepat adalah kumpulan strategi, metodologi, dan alat integrasi yang terdapat di dalam suatu kerangka  kerja yang disebut rekayasa informasi. Rekayasa informasi adalah nama yang diberikan kepada keseluruhan pendekatan pengembangan sistem yang diperlukan sebagai satu aktivitas perusahaan secara menyeluruh. Istilah perusahaan digunkan untuk menjabarkan keseluruhan perusahaan.
Unsur-unsur penting RAD
RAD membutuhkan empat unsur penting yaitu :
·         Manajemen. Khususnya manajemen puncak, hendaknya menjadi penguji coba yang suka melakukan hal-hal dengan cara baru atau pengadaptasi awal yang dengan cepat mempelajari bagaimana cara menggunakan metodologi-metodologi baru.
·         Orang. Daripada hanya memanfaatkan satu tim untuk melakukan seluruh aktivitas SDLC, RAD menyadari adanya efisiensi yang dapat dicapai melalui penggunaan tim-tim khusus.
·         Metodologi. Metodologi dasar RAD adalah siklus hidup RAD.
·         Alat-alat. Alat-alat RAD terutama terdiri atas bahasa-bahasa generasi keempat dan alat-alat rekayasa peranti lunak dengan bantuan komputer yang memfasilitasi prototyping  dan penciptaan kode.
  1. PENGEMBANGAN BERFASE
            Pengembangan berfrase adalah adalah suatu pendekatan bagi pengembangan system informasi yang terdiri atas enam tahap investasi awal, analisis, desain ,kontruksi awal,kontruksi akhir, serta pengujian dan pemasangan system. Tahap-tahap analis,desain,dan kontruksi awal dilaksanakan untuk setiap modul sistem.
Tahap-tahap Pengembangan Berfase
Investigasi awal
            Para pengembang termasuk pengguna dan juga spesialis informasi, melakukan analisis usaha dengan tujuan untuk mempelajari tentang organisasi dengan masalah sistemnya. Mendefinisikan tujuan, hambatan,resiko, dan ruang lingkup system baru,mengevaluasi proyek maupun kekayaan system,melakukan subsidi system menjadi komponen-komponen besar,dan mendapatkan umpan balik pengguna.
Analisis
Pengembang menganalisis persyaratan fungsional pengguna untuk masing-masing modul sistem dengan menggunakan berbagai tekhnik pengumpulan informasi dan kenudian mendokumentasikan temuan-temuannya dalam bentuk model-model proses,data,dan objek.
Desain
            Pengembang merancang komponen dan antarmuka dengan system system lain untuk setiap modul sistem yang baru dan kemudian mendokumentasikan desain dengan menggunakan berbagai jenis tekhnik pemodelan.
Kontruksi Awal
            Pengembang membuat dan menguji peranti lunak dan data untuk setiap modul system dan mendapatkan umpan balik dari pengguna. Untuk setiap modul yang tidak menerima persetujuan dari pengguna, tahap-tahap analisis, desain, dan kontruksi awal akan diulang kembali.
Kontruksi Akhir
Peranti lunak modul diintegrasikan untuk membentuk system yang lengkap, yang diuji bersama-sama dengan datanya.selain itu,setiap peranti keras yang dibuutuhkan dibdeli dan diuji, fasilitas-fasilitas dibuat, dan para pengguna dilatih. Pelatihan meliputi prosedur-prosedur yang  diikuti oleh para pengguna dalam menggunakan system dan sering kali prosedur yang haru dikuti dalam pemasangan sistem pada stasiun–stasiun kerja mereka.


pengujian dan pemasangan sistem
            Pengembang merancang dan melaksanakan uji system yang tidak hanya mencakup peranti lunak dan data, melainkan juga sumber daya informasi lainnya peranti keras,fasilitas ,personel dan prosedur. Komponen-komponen system dipasang dan dilakukan uji penerimaan pengguna. Penerimaan oleh pengguna akan menjadi tanda persetujuan untuk melanjutkan ke tahap searah terima. Setelah system digunakan selama beberapa waktu, mungkin selama beberapa minggu atau beberapa bulan, suatu tinjauan pasca implementasi dilakukan untuk memastikan bahwa system telah memenuhi persyaratan fungsionalnya.
Fase-fase Modul
            Figur 7.9 mengilustrasikan bagaimana fase-fase modul terintegrasi kedalam pengembangan sistem. Jika prototyping paling sesuai digunakan untuk sistem kecil, metodologi RAD paling sesuai untuk sistem besar, maka pengembangan berfase dapat digunakan untuk pengembangan sistem segala jenis ukuran sistem. Kuncinya adalah cara bagaimana sistem dibagi menjadi modul-modul yang masing-masing akan dianalisis, dirancang, dan dibuat secara terpisah.
Figur 7.9 :
Investigasi Awal
 
Analisis, Desain, dan Kontruksi Awal dilaksanakan pada masing-masing Modul Sistem
                                                                  
Antarmuka
Web






Meminta
revisi                  Diterima
 
Basis
data






Meminta
revisi                  Diterima
 
Pembuat
laporan






Meminta
revisi                  Diterima
 
                                                                         antarmuka web










 



Kontruksi awal
 
Kontruksi awal
 
Kontruksi
awal
 
                  











 



                                                           


 



  1. DESAIN ULANG PROSES BISNIS
            Proses pengerjaan ulang system disebut dengan istilah rekayasa ulang atau disebut juga dengan istilah desain ulang proses bisnis. BPR memoengaruhi operasi TI perusahaan dalam dua hal. Pertama, TI dapat menerapkan BPR untuk mendesain ulang system-sistem informasi yang hidupnya tidak dapat dipertahankan lagi dengan pemeliharaan biasa.
Inisiasi Strategis Proyek-proyek BPR
            BPR memiliki potensi pengaruh dramatis pada perusahaan dan operasinya hingga proyek-proyek sepeti ini biasanya dicetuskan di tingkat manajemen strategis. Manajemen strategis juga dapat mengijinkan sistem informasi dirancang ulang guna mengambil manfaat dari teknologi modern. Ketika proses-proses fisik dirancang ulang, seringkali akan terjadi efek domino yang akan akhirnya menyebabkan terjadinya perancangan ulang system informasi yang akan terkait.
Rekayasa Terbalik
            Rekayasa terbalik berasal dari intelijen bisnis, perusahaan sejak dulu selalu mengikuti produk-produk para pesaingnya dengan cara membeli sampel dan membongkarnya untuk melihat bagaimana produk tersebut bekerja. Spesifikasi desain produk pesaing diturunkan dari produk-produk itu sendiri, sehingga membalik pola normal di mana desaainlah yabng dibuat terlebih dahulu.
            Sebagaimana penggunaannya di dalam komputasi, rekayasa terbalik adalah proses menganalisis sistem yang sudah ada untuk mengidentifikasi unsure-unsur dan saling keterhubungan di antara unsure-unsur tersebut sekalligus untuk membuat dokumentasi pada tingkat abstraksi yang lebih tinggi daripada yang telah ada saat ini.
Rekayasa Ulang
            Rekayasa ulang adalah merancang ulang sebuah system seluruhnya dengan tujuan mengubah fungsionalitasnya. Akan tetapi, ini bukanlah pendekatan yang bersih karena pengetahuan dari system yang ada saat ini tidak sepenuhnya diabaikan. Nama rekayasa kedepan  diberikan untuk proses mengikuti SDLC dengan cara yang normal sambil sekaligus menjalankan BPR.

Pemilihan Komponen-Komponen BPR
            Komponen-komponen BPR dapat diterapkan secara terpisah atau digabung, tergantung pada tingkat kemungkinan yang dicari. Kombinasi yang tepat akan tergantung pada kondisi system yang ada saat ini jika dilihat dari segi fungsionalitas dan sifat teknisnya. Mutu fungsionalitas adalah ukuran dari apa yang dikerjakan oleh system. Mutu teknis adalah ukuran dari seberapa baik system tersebut melaksankannya.
            Ketika mutu fungsionalitas  maupun teknis sama-sama buruk, maka akan dibutuhkan suatu proyek rekayasa kedepan. Keadaan menjadi begitu buruknya sehingga akan lebih baik jika kita mengulang semuanya, menjalankan langkah-langkah dari siklus hidup system dengan cara yang normal.
  1. MENEMPATKAN SDLC TRADISIONAL, PROTOTYPING, RAD, PENGEMBANGAN BERFASE, DAN BPR DALAM PERSPEKTIF.
            SDCL tradisional, prototyping, RAD, dan BPR semuanya adalah metodologi. Semuanya adalah cara-cara yang direkmendasikan dalam mengembangkan system informasi. SDLC tradisonal adalah suatu penerapan pendekatan system terhadap masalah pengembangan system, dan memiliki seluruh unsure-unsur pendekatan system  dasar, diawali dari identifikasi masalah dan diakhiri dengan penggunaan sistem.
            Prototyping merupakan bentuk singkatan dari pendekatan sistem yang berfokus pada defenisi dan pemenuhan kebutuhan pengguna. Prototyping dapat berada di dalam SDLC. Bahkan pada kenyataannya, banyak upaya prototyping mungkin dibutuhkan selama pengembangan sebuah sistem.
            Kontribusi utama yang diberikan oleh RAD adalah kecepatan untuk dapat menggunakan sistem, yang tercapai terutama melauli penggunaan alat-alat berbasis computer dan tim-tim proyek khusus.
            Kini, perusahaan – perusahaan sedang memperbaharui sebagian besar sistemnya yang sebelumnya diimplementasikan dengan menggunakan tekhnologi computer yang sudah using jika dilihat menurut standar saat ini. Karena hokum moore, tekhnologi informasi dapat using dengan sangat cepat. Istilah BPR digunakan untuk pendekatan yang memanfaatkan penggunaan tekhnologi ini sepenuhnya.

Alat – Alat Pengembang Sistem
Pendekatan sistem dan berbagai siklus hidup pengembangan sistem adalah metodologi yang direkomnadasikan dalam memecahkan masalah sistem. Metodologi sama seperti sebuah cetak biru yang digambar oleh arsitektur untuk memandu para kontraktor, tukang kayu, tukang pipa, ahli listrik, dan sejenisnya ketika mereka membangun sebuah rumah. Sama hal nya seperti metodologi yang memandu para pengembang sistem ketika mereka membuat sistem.
  1. PEMODELAN PROSES
Pertama kali dilakukan dengan menggunakan diagram alur (flowchart). Diagram ini mengilustrasikan aliran data melalui sistem dan program. ISO menciptakan standart untuk bentuk-bentuk simbol flowchart, memastikan pengguna nya di seluruh dunia. Akan tetapi popularitasnya berusia pendek, seiring dengan diciptakannya alat pemodelan yang lebih sederhana dan lebih efektif.
Diagram arus data sangat baik untuk membuat model proses pada tingkat ringkasan. Akan tetapi diagram arus data kurang baik dalam menangkap detail-detail pemrosesan. Karena alasan ini, diagram arus data pada umumnya dilengkapi oleh alat-alat lain yang lebih berorientasi pada detail, seperti menggunakan diagram kasus penggunaan (use case diagram).
Diagram Arus Data
Suatu diagram arus data (data flow diagram-DFD) adalah penyajian grafis dari sebuah sistem yang mempergunakan simbol untuk mengilustrasikan bagaimana data mengalir melalui proses-proses yang saling tersambung. Simbol-simbol tersebut mencerminkan unsur-unsur lingkungan dengan nama sistem berinteraksi, proses, arus data, dan penyimpanan data.
Unsur-unsur lingkungan
Berada diluar batas sistem, memberikan input data kepada sistem dan menerima output dari sistem. Dalam DFD, tidak ada pembedaan antara data dan informasi. Seluruh arus maya dapat dianggap sebagai data.


Proses
Proses adalah suatu yang mengubah input menjadi output. Proses dapat digambarkan dengan sebuah lingkaran, sebuah persegi panjang horizontal, atau sebuah persegi panjang tegak bersudut melingkar. Masing-masing simbol proses diidentifikasi dengan sebuah label. Teknik pemberian label yang paling umum adalah dengan menggunakan kata kerja dan objek.
Arus data
Terdiri dari sekumpulan unsur-unsur data yang berhubungan secara logis ( mulai dari satu unsur data tunggal hingga satu file atau lebih ) yang bergerak dari satu titik atau proses ketitik ataupun proses yang lain.
Penyimpanan data
Ketika kita perlu menyimpan data karena suatu alasan tertentu, maka kita akan menggunakan penyimpanan data. Dalam terminologi DFD, penyimpanan data adalah suatu gudang data.
Diagram arus data bertingkat ( leveled data flow diagram )
Sebuah diagram yang mendokumentasikan sistem pada tingkat yang lebih ringkas disebut diagram konteks, sebuah diagram yang memberikan lebih banyak detail disebut diagram nomorn.
Diagram konteks adalah diagram yang menempatkan sistem dalam suatu konteks lingkungan. Diagram ini terdiri atas satu simbol proses tunggal yang melambangkan keseluruhan sistem. Diagram ini menunjukkan arus data yang mengarah dan keluar dari terminator.
  1. MANAJEMEN PROYEK
Ketika sistem memiliki nilai strategis atau pengaruhnya meliputi keseluruhan organisasi, direktur utama atau komite eksekutif perusahaan dapat memutuskan untuk mengawasi sendiri proyek pengembangan tersebut. Banyak perusahaan membentuk satu komite khusus dibawah tingkat komite eksekutif yang menerima tanggung jawab untuk mengawasi seluruh proyek sistem.
Ketika tujuan dari dibentuknya sebuah komite adalah untuk memberikan panduan, arah, dan kendali secara terus menerus, maka ia dsebut sebagai steering comittee (komite pengarah).
Steering Comittee SIM
Steering Comittee SIM menjalankan tiga fungsi utama :
·         Menciptakan kebijakan yang memastikan dukungan komputer untuk mencapai sasaran strategis perusahaan.
·         Melakukan pengendalian fiskal dengan bertindak sebagai yang berwenang dalam memberikan persetujuan untuk seluruh permintaan akan pendanaan yang berhubungan dengan komputer.
·         Menyelesaikan perselisihan yang terjadi sehubungan dengan prioritas penggunaan komputer.
Jadi secara tidak langsung, tugas steering comittee SIM adalah melaksanakan seluruh strategi yang dibuat oleh komite eksekutif maupun rencana strategis untuk sumber daya informasi. Dengan memusatkan manajemen siklus hidup sistem dalam steering committe, maka akan didapatkan dua keuntungan utama. Yaitu meningkatkan kemungkinan :
·         Komputer akan digunakan untuk mendukung pengguna di seluruh perusahaan
·         Proyek-proyek komputer akan memiliki ciri-ciri perencanaan dan pengendalian yang baik
Steering Comittee Sim adalah bukti yang paling nyata bahwa perusahaan memang berniat untuk menjadikan sumber daya informasi tersedia bagi seluruh pengguna yang benar-benar membutuhkannya.

Kepemimpinan Proyek
Steering committee SIM jarang ikut terlibat langsung dengan detail pekerjaan. Tanggung jawab itu jatuh ke tangan tim proyek. Tim proyek meliputi semua orang yang ikut berpartisipasi dalam pengembangan sistem informasi. Satu tim dapat meiliki anggota hingga selusin, yang terdiri atas gabungan beberapa orang pengguna, spesialis informasi, dan mungkin auditor internal. Auditor akan memastikan bahwa desain sistem telah memenuhi beberapa persyaratan tertentu dilihat dari segi keakuratan, pengendalian, keamanan, dan auditabilitas. Aktivitas tim akan diarahkan oleh seorang ketua tim atau pimpinan proyek yang memberikan arahan di sepanjang masa proyek.
Berbeda dari steering committee SIM, tim proyek tidaklah bersifat terus menerus, biasanya akan dibubarkan ketika implementasi telah selesai dilaksanakan.
Mekanisme Manajemen Proyek
Dasar dari manajemen proyek adalah rencana proyek, yang dibuat selama tahap investigasi awal ketika metodologi pengembangan berfase diikuti. Setelah tujuan-tujuan proyek, kendala, dan ruang lingkupnya telah selesai didefinisikan, kita akan dapat mengidentifikasi pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan. Rencana ini pertama-tama dirancang dalam bentuk umum dan selanjutnya dibuat menjadi lebih spesifik. Satu format yang populer untuk rencana terinci adalah grafik Gantt, yang mengidentifikasi pekerjaan-pekerjaan, siapa yang akan melaksanakannya, dan kapan akan dilaksanakan.
Grafik Gantt (Gantt Grafik) adalah sebuah grafik batang horizontal yang mencantumkan satu grafik batang untunk setiap pekerjaan yang dilaksanakan. Grafik-grafik batang tersebut disusun dalam urut-urutan waktu. Figure 7.18 adalah bagian pertama dari sebuah grafik Gantt, yang dibuat dengan menggunakan spreadsheet Microsoft Excel. Jumlah pekerjaan akan meningkat seiring dengan semakin kompleksnya proyek. Proyek yang sederhana sekalipun dapat melibutkan seratus atau lebih pekerjaan.
            Satu pelengkap bagi grafik Gantt adalah diagram jaringan. Diagram jaringan (network diagram) yang disebut juga diagram CPM (Critical Path Method) atau PERT (Program Evaluationand Review Technique), adalah sebuah gambar yang mengidentifikasikan aktivitas-aktivitas dan menghubungkannya dengan panah-panah untuk menunjukkan urut-urutan pekerjaan. Figure 7.19 adalah sebuah contoh dari diagram jaringan tingkat manajemen proyek dari Microsoft, akan membuat diagram jaringan secara otomatis dari data grafik Gantt.
            Grafik Gantt dan diagram jaringan adalah contoh dari laporan grafts. Laporan naratif dalam bentuk laporan tertulis mingguan yang dibuat oleh pimpinan proyek, memberikan alternative komunikasi informasi proyek lainnya bagi steering committee SIM. Komite akan melakukan pertemuan secara berkala, dan pimpinan proyek akan melengkapi laporan-laporan tertulis mereka dengen laporan lisan yang meninjau kemajuan, mengidentifikasi tantangan-tantangan, dan menyebutkan tindakan-tindakan di masa mendatang.
Dengan cara ini, komite akan dapat tetap terus mengikuti perkembangan masing-masing proyek dan mengambil keputusan yang ditujukan untuk memastikan bahwa proyek akan dapat diselesaikan dengan sukses, dan berada dalam batasan waktu dan anggaran.
Dukungan Web bagi Manajemen Proyek
Selain sistem manajemen proyek berbasis peranti lunak seperti Microsoft Project, dukungan juga dapat diperoleh dari Internet. Sebagai contoh, Logie Software, sebuah perusahaan yang berbasis di Toronto, menawarkan sebuah sistem manajemen proyek yang disebut EasyProject.net. perusahaan tersebut juga menawarkan kursus manajemen proyek secara online sebagai bantuan bagi perusahaan untuk meningkatkan pengetahuan manajemen proyek para karyawan.
  1. MENGESTIMASI BIAYA PROYEK
Mengestimasikan waktu dan uang yang dibutuhkan untuk mengembangkan sebuah sistem telah lama menjadi satu tugas yang menantang. Akan tetapi, lambat laun telah diciptakan banyak metode yang dapat digunakan untuk mengestimasi biaya dan jadwal proyek. Semua metode ini kurang lebih mengandalkan pada tiga komponnen:
1.      Informasi mengenai sistem tertentu yang sedang dibuat dan orang yang akan melakukan pengembangan
2.      Pengalaman historis
3.      Pengetahuan mengenal proses pengembangan peranti lunak dan alat-alat serta teknik estimasi.
Proses pengestimasian biaya terdiri atas sekumpulan input, alat-alat dan teknik, serta output.
Input Pengestimasian Biaya
Sebuah work breakdown structure (WBS) mengidentifikasikan aktivitas-aktivitas proyek yang akan membutuhakan sumber daya. Contoh WBS adalah grafik Gantt dan diagram jaringan. Kebutuhan sumber daya (resource requirement) mencantumkan sumber daya tertentu yang akan dibutuhkan dan berapa jumlahnya. Tarif sumber daya (resource rates) adalah biaya per unit untuk setiap jenis sumber daya.
Estimasi durasi aktivitas (activity duration estimates) menyebutkan periode pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan aktivitas. Informasi historis (historical information) terdiri atas file-file dari data proyek masa lalu, basis data pengestimasian biaya komersial, dan pengetahuan tim proyek.
Alat-alat dan Teknik Estimasi Biaya
Estimasi analogis (analogous estimating) menggunakan biaya aktual proyek-proyek serupa yang telah dilakukan masa lalu sebagai dasar untuk memproyeksikan biaya dari proyek yang sedang dipertimbangkan. Teknik ini digunakan ketika hanya terdapat sedikit informasi yang tersedia. Teknik ini lebih murah dari pada teknik-teknik yang lain, tetapi pada umumnya kurang akurat.
            Estimasi dari bawah ke atas (botto- up estimating) dimulai dengan detail, seperti aktivitas di dalam grafik Gantt, lalu mengalikannya dengan data biaya, seperti tariff per jjam untuk karyawan, untuk menghasilkan biaya proyek. Semakin banyak detail awal, maka akan semakin akurat hasil yang diperkirakan.
Model-model matematis (mathematical model) dapat digunakan untuk menguantifikasi karakteristik proyek dan membuat simulasi dari berbagai macam skenario. Hasil output teknik ini akan paling akurat ketika data historisnya akurat, karakteristiknya dapat dikuantifikasi denganmudah, dan model tersebut dapat diatur skalanya sehingga dapat menangani ukuran proyek  dalam rentang yang lebar.
Output Pengestimasian Biaya
Estimasi biaya dibuat untuk seluruh sumber daya yang dibebankan ke proyek dan biayasanya dinyatakan dalam unit-unit keuangan yang berlaku, seperti Dolar atau Euro. Estimasi seperti ini dapat disempurnakan kembali selama proyek berlangsung untuk mencerminkan tambahan informasi seiring dengan semakin jelasnya proyek tersebut. Detail-detail pendukung mendokumentasikan bagaimana estimasi tersebut dihitung dan setiap asumsi-asumsi yang diambil. Rencana manajemen biaya (cost-management plan) menjelaskan bagaimana varians biaya akan dikelola.
           


BAB III
KESIMPULAN
            Pendekatan sistem terdiri atas tiga fase upaya, yaitu :
  • Upaya persiapan
  • Upaya definisi
  • Upaya solusi
Pendekatan sistem diterapkan pada pengembangan sistem, hasilnya adalah siklus hidup pengembangan sistem (systems development life cyle-SDLC). Evolusi dari SDLC antara lain : SDLC tradisional, prototyping dan pengembangan berfrase. Pendekatan SDLC memiliki lima tahapan yaitu : perencanaan, analisis, desain, implementasi dan penggunaan. Prototyping adalah proses pembuatan prototype. Dalam prototype terdiri dari dua jenis yaitu : Prototipe evolusioner (evolutionary prototype) dan prototype persyaratan (requirements prototype).
Dasar dari manajemen proyek adalah rencana proyek, yang dibuat selama tahap investigasi awal ketika metodologi pengembangan berfase diikuti. Setelah tujuan-tujuan proyek, kendala, dan ruang lingkupnya telah selesai didefinisikan, kita akan dapat mengidentifikasi pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan. Rencana ini pertama-tama dirancang dalam bentuk umum dan selanjutnya dibuat menjadi lebih spesifik. Satu format yang populer untuk rencana terinci adalah grafik Gantt, yang mengidentifikasi pekerjaan-pekerjaan, siapa yang akan melaksanakannya, dan kapan akan dilaksanakan.
 

DAFTAR PUSTAKA
Mcleod,Raymod.schell,George.2007.Management InformationSystem.SalembaEmpat:Jakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar